SEKAPUR SIRIH
Yayasan UNITI merupakan sebuah badan yang tidak mempunyai sebarang matlamat keuntungan dan perniagaan telah ditubuhkan pada 16 Mac 1998. Ia bertujuan bagi memfokuskan usaha mengumpul, menerima, mengurus dan mentadbir dana diharapkan akan dapat memberikan impak yang besar kepada pelajar bagi meneruskan kecemerlangan dalam dunia pendidikan. Dana tersebut dijangkakan akan dapat dikumpulkan melalui sumbangan ahli-ahli Yayasan dan juga sumbangan ikhlas daripada individu dan badan-badan yang berminat. Sebagai insentifnya, setiap sumbangan tersebut akan dikecualikan daripada dikenakan cukai pendapatan oleh pihak kerajaan (salinan
Friday, January 15, 2010
Sedekah - Pendinding api neraka ..
Infak vs Zakat vs Sedekah
"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia; dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Q.S.Al Hasyr 59:7)
Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.
Setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang (at-Taubah: 103, dan ar-Rum: 39).
Persyaratan harta yang wajib dizakatkan itu:
1. Harta itu dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang sah, dimungkinkan untuk dipergunakan, diambil manfaatnya, atau kemudian disimpan. Di luar itu, seperti hasil korupsi, kolusi, suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak akan diterima zakatnya. HR Muslim, Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT tidak akan menerima zakat/sedekah dari harta yang ghulul (didapatkan dengan cara batil).
2. Harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang, misalnya harta perdagangan, peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, obligasi, dan lain sebagainya.
3. Telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran tertentu. Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg, emas/perak telah senilai 85 gram emas, perdagangan telah mencapai nilai 85 gram emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya.
4. Telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungan nya untuk kelangsungan hidupnya.
5. Telah mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, misalnya perdagangan. Akan tetapi, untuk tanaman dikeluarkan zakatnya pada saat memanennya (Q.S. Al-An'am: 141).
Perbedaan antara infak, zakat dan sedekah :
Infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/ penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infak boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orangtua, anak yatim, dan sebagainya (Q.S. Al-Baqarah: 215).
Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit (Q.S Ali Imran: 134).
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang
bersifat non materiil.
HR Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-isteri, dan melakukan
kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah.
Seringkali kata-kata sedekah dipergunakan dalam Al Qur'an, tetapi maksud sesungguhnya adalah zakat, (Q.S At-Taubah: 60 dan 103).
Jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfak atau bersedekah.
Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa (al-Baqarah: 3 dan Ali Imran: 134), ciri mukmin yang sungguh-sungguh imannya (al-Anfal: 3-4), ciri mukmin yang mengharapkan keuntungan abadi (al-Faathir: 29). Berinfak akan melipatgandakan pahala di sisi Allah (al-Baqarah: 262).
"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (Q.S.Al An'am 6: 55)
Zakat Dan Sedekah
Ditinjau dari segi bahasa, zakat berasal dari kata زكا يزكى زكاة (Ibrahim Unais, 1972, juz. I:396, dan Ibn Rusyd, tt:178) yang berarti kesuburan, kesucian, keberkahan, dan kebaikan, yang banyak. Dalam pengertian lain, zakat juga berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10)
Secara istilah zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat.(Abdurrahim, dan Mubarak, 2002:11). Menurut Hukum Islam (istilah syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy).
Ulama' Hanafiyyah mendefinisikan zakat dengan menjadikan hak milik bagian harta tertentu dan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan oleh Syari' karena Allah. Ulama' Syafi'iyyah mendefinisikan zakat dengan nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dan harta atau badan atas jalan tertentu. Dan ulama' Hanabilah mendefinisikan zakat dengan hak yang wajib dalam harta tertentu bagi kelompok tertentu pada waktu tertentu. Merujuk kepada beberapa definisi para ulama' di atas, maka zakat sesungguhnya merupakan pengeluaran sejumlah harta orang tertentu yang menjadi hak orang lain.
Selain itu, ada istilah sedekah dan infak, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sedekah wajib dinamakan zakat, sedang sedekah sunnah dinamakan infak. Sebagian yang lain mengatakan infak wajib dinamakan zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan sedekah. Penyebutan zakat dan infak dalam Al Qur-an dan As Sunnah, zakat (QS. Al Baqarah : 43). shadaqah (QS. At Taubah : 104). haq (QS. Al an'am : 141). nafaqah (QS. At Taubah : 35). al 'afuw (QS. Al A'raf : 199).
Dengan berzakat harta memang dapat tumbuh dan berkembang sebab dalam ajaran Islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh dan berkembang, bertambah karena suci dan berkah, membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya.(Muhammad Daud Ali, 1998:38). Secara lahiriah, zakat memang mengurangi nilai nominal (harta) dengan mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini, hakikatnya akan bertambah dan berkembang (nilai intrinsik) yang diganjarkan dari sepuluh kali (10) lipat atau bahkan sampai 700 kali lipat yang hakiki di sisi Allah Swt. “Barang siapa melaksanakan amal kebajikan (termasuk berzakat) maka akan akan diganjarkan oleh Allah sepuluh kali lipat” (QS. Al-an’am: 160). “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Berdasarkan ayat tersebut jelas bahwa dengan berzakat harta dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya di akhirat melainkan juga di dunia. Rasulpun menjelaskan orang yang mengeluarkan sedekah/zakat akan terhindar dari marabahaya/musibah. Bahkan zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu, akhirnya tercipta suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati. Lebih jelas Mannan mendefinisikan zakat sebagai upaya untuk menyucikan yang menumpuk.(MA. Mannan, 1997:256) Zakat juga memiliki arti lain, yaitu al-Barakatu (keberkahan), al-Namaa (petumbuhan dan perkembangan), al-Thaharatu (kesucian) dan al-Shalahu (keberesan). (Majma Lughah al-Arabiyah,1972: 396). Waalahu A’lam.
Tazkirah: Kelebihan Sedekah
Saturday, January 2, 2010
KEMISKINAN DAN KEKURANGAN BUKAN PENGHALANG MERAIH KEJAYAAN :
Pelajar cemerlang SPM 2008 dapat rumah
Sumber : Berita Harian
Nur Madihah: Pelajar Cemerlang SPM 2008
TAHNIAH juga buat kedua ibu bapanya yang telah mendidik dan memberi sokongan kepada permata yang gemilang ini dan juga menyediakan apa yang termampu kepadanya.
TAHNIAH kepada guru-gurunya kerana membimbing dan mendorong Nur Madihah sehingga cemerlang dan gemilang.
Semoga Allah mempermudahkan hidupnya sekeluarga. Amin.
Saya sangat berbangga dengan anak orang Islam dan Melayu ini kerana mendapat 20A dalam SPM pada tahun lepas. Seorang anak nelayan boleh melakukannya dengan begitu baik dan cemerlang sekali di peringkat kebangsaan. Tahniah lagi sekali kepada semua yang mendorong Madhihah...
Semoga dengan kejayaan Madihah ini memberi suntikan semangat dan juga sbg satu contoh motivasi bagi diri kita utk terus mara ke hadapan... InsyaAllah.
Ingatlah, bahawasanya kedua ibu bapa kita akan melakukan yang terbaik buat kita, dan mereka sedaya upaya akan menyediakan apa yang termampu bagi mereka utk kita demi melihat kita semua gembira dan cemerlang di masa hadapan.
Kasih ibu bapa dan jasa mereka berdua tidak akan sesekali dapat kita balasi walaupun kita memberi mereka emas setinggi bukit, berlian setinggi gunung.
Oleh itu, bersyukurlah kepada Allah, dan berterima kasihlah kepada kedua ibu bapa kita.
Marilah kita mendoakan agar kejayaan Madihah serta belia & beliawanis lepasan SPM/STAM/STPM yang lainnya menjadi aset kepada Ummah, memberi sumbangan pada kebangkitan Islam dan ummatnya pada masa hadapan. Insya Allah... Amin...
INILAH RUMAH SAYA
Hidup tanpa peralatan canggih dan kemudahan sempurna bukan penghalang untuk seseorang menempa kejayaan. Malah kesukaran dan kekurangan itulah yang menjadi pendorong kepada usaha untuk mengubah nasib ke tahap lebih baik sambil membahagiakan ibu bapa.
Siapa sangka rumah yang kelihatan hampir roboh ini menyimpan sebutir permata berharga yang bakal menyinar suatu hari nanti.
Bahkan tidak seorang juga yang terfikir bahawa permata yang berlindung di rumah ini telah mencipta sejarah dengan memperoleh keputusan cemerlang dalam Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) yang diumumkan kelmarin. Nik Nur Madihah Nik Mohd. Kamal, 18, mencatat keputusan cemerlang 19 A1 dan satu A2.
Kejayaan pelajar dari Sekolah Menengah Agama Arab Maahad Muhammadi (Perempuan), Kota Bharu, Kelantan ini agak istimewa kerana dia adalah anak seorang nelayan berbanding pelajar cemerlang SPM sebelum ini yang datang dari keluarga yang agak senang.
Dia yang pernah menjadi antara pelajar terbaik peperiksaan Penilaian Menengah Rendah (PMR) peringkat kebangsaan 2006, bertukar menjadi selebriti sekelip mata kerana kecemerlangannya itu.
Malah wartawan yang berpusu-pusu untuk menemu bualnya terpaksa menunggu giliran untuk memasuki rumah yang disewa bapanya dengan harga RM90 sebulan kerana ia terlalu sempit dan agak uzur.
Rumah kecil itu menjadi gambaran kehidupan sukar mereka sekeluarga malah bilik kecil yang dilindungi almari di ruang tamu yang menjadi tempatnya untuk berehat manakala ruang tamu yang mampu memuatkan kira-kira empat orang itu menjadi bilik belajar tetapnya pada setiap hari.
Sumber - Utusan
NUR MADIHAH PUASA SEBAB MISKIN
Oleh AZRAN FITRI RAHIM
azran.rahim@utusan.com
KOTA BHARU 14 Mac – “Kadang-kadang saya menitiskan air mata sebab kakak (panggilan keluarga kepada Nik Nur Madihah Nik Mohd. Kamal, gambar) terpaksa berpuasa sebab tidak ada wang untuk beli makanan.
“Tetapi alhamdulillah, kakak memahami keadaan keluarga. Malah kakak menjadikan ibadah itu sebagai rutin pada setiap hari Khamis dan Isnin sejak berumur 12 tahun.”
Demikian luahan ibu kepada pelajar cemerlang Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) 2008, Mariani Omar, 42, ketika ditanya mengenai kesusahan dia dan suami, Nik Mohd. Kamal Hussein, 41, membentuk seorang insan contoh.
Katanya, biar susah bagaimana sekali pun, anak sulung daripada empat beradik itu tidak pernah merungut.
Malah Nik Nur Madihah, menurutnya, melalui semua kepayahan itu dengan tabah dan menerimanya sebagai cabaran untuk berusaha dengan lebih keras.
“Disebabkan tak ada wang poket, kakak akan makan roti di sekolah dan kerana terlalu banyak makan roti, ia jadi kegemarannya. Malah dia bercita-cita belajar cara buat roti. Kata kakak, dia hendak buat roti banyak-banyak.
“Ibu mana yang tidak tersentuh apabila melihat keadaan anak begitu. Tetapi saya bersyukur kerana dia menerima kekurangan ini,” katanya kepada Mingguan Malaysia di sini hari ini.
Nik Nur Madihah, 18, anak seorang nelayan dari Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Arab Maahad Muhammadi (Perempuan) di sini mencatat sejarah negeri ini apabila memperoleh 20 A dalam peperiksaan SPM 2008.
Kejayaan itu menjadikan pelajar tersebut antara pelajar cemerlang dengan mendapat 19 1A dan satu 2A, kurang satu mata pelajaran berbanding pencapaian pelajar terbaik SPM 2007, Azali Azlan yang memperoleh 21 A.
Dia juga membuktikan kesusahan keluarga bukan halangan untuk mencapai kecemerlangan walaupun mengambil sebanyak mungkin mata pelajaran bagi menguji keupayaan dirinya dalam menghadapi cabaran hidup sebagai pelajar.
Kesusahan hidup Nik Nur Madihah yang tinggal di rumah sewa kecil di Pengkalan Chepa dipaparkan di muka depan Utusan Malaysia hari ini.
Mariani berkata, sejak kecil anaknya itu gemar membaca buku dan setiap masa terluang tidak pernah dibiarkan begitu saja.
“Memang dari kecil lagi dia minat benar dengan buku. Saya dan suami tidak pernah paksa kakak membaca buku, kadang-kadang paksa dia suruh berhenti sebab sudah masuk Maghrib.
“Sifat ulat buku ini turun kepada tiga adiknya,” tambahnya.
Menurut Mariani, seorang lagi anaknya kini menuntut dalam tingkatan empat di Sekolah Menengah Teknik Bachok, seorang dalam tingkatan tiga di bawah tajaan Permodalan Nasional Berhad di Bandar Salak Tinggi dan yang bongsu di tahun lima Sekolah Kebangsaan Parang Puting di sini.
Ujarnya, sekiranya Nik Nur Madihah meminta wang untuk membeli buku, dia dan suami akan berusaha mencari wang tersebut tetapi selalunya ia tidak diberi serta-merta kerana kesempitan hidup.
“Kakak tidak banyak kerenah dan agak pendiam. Dia pun tidak beritahu kami dia ambil 20 mata pelajaran dalam SPM sehinggalah saat-saat akhir,” ujarnya.
Sumber - Utusan 15 Mac
Friday, January 1, 2010
"Sedekah itu menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api”
Dalam amalan bersedekah, kita perlu melakukannya dengan ikhlas kerana Allah, bukan disebabkan balasan nama atau sekadar bersedekah saja.
Supaya bersedekah tidak menjadi sia-sia, Islam mengajarkan umatnya menyumbang dan bersedekah menepati erti ‘sedekah’. Beberapa perkara perlu diambil perhatian dan tindakan demi kesempurnaan bersedekah.
Pertama: Barang yang disedekahkan itu hendaklah baik, elok dan tidak malu untuk dipakai (boleh dipakai). Adalah tidak wajar dan paling tidak munasabah barang yang disedekahkan itu tidak tergamak kita gunakan sendiri. Biarlah bersedekah dengan barang yang disenangi penerima. Allah melarang bersedekah dengan benda yang tidak baik kerana bersedekah adalah ibadat dan tanda mensyukuri nikmat Allah.
“Wahai orang yang beriman! Belanjakanlah pada jalan Allah sebahagian daripada hasil usaha kamu yang baik dan sebahagian daripada apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu sengaja memilih yang buruk daripadanya lalu kamu dermakan atau kamu jadikan pemberian zakat, padahal kamu sendiri tidak sekali-kali akan mengambil yang buruk itu kalau diberikan kepada kamu, kecuali dengan memejamkan mata padanya. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi sentiasa terpuji.” (Al-Baqarah ayat 267)
Kedua: Sesuatu yang disedekahkan ialah yang halal, bukan haram atau subahat.
Ketiga: Sunat bagi pemberi sedekah atau derma bersedekah dan berderma daripada benda yang disukai dan disayangi, tidak kira sama sedikit atau banyak.
“Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai hakikat kebajikan dan kebaktian yang sempurna sebelum kamu dermakan sebahagian daripada apa yang kamu sayangi. Dan apa jua yang kamu dermakan maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Al-Imran ayat 92)
“Daripada Adiyie Hatim Radiallahuanhu berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Takutlah kamu akan api neraka walaupun dengan (bersedekah) separuh buah kurma.” (Riwayat Al-Imam Al-Bukhari).
Hadis ini menunjukkan amalan bersedekah walaupun hanya separuh buah kurma boleh menyelamatkan kita daripada api neraka.
Keempat: Bersedekah disertai dengan keikhlasan, bukan mengungkit, merungut, membidas dan menyakiti hati orang yang menerima sedekah kerana perbuatan ini haram dan merosakkan amalan bersedekah.
“Wahai orang yang beriman! Jangan rosakkan pahala sedekah kamu dengan perkataan membangkit-bangkit dan kelakuan yang menyakiti seperti rosaknya pahala amalan sedekah orang yang membelanjakan hartanya kerana hendak menunjuk-nunjuk kepada manusia (riak) dan ia pula tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat.
“Maka bandingan orang itu seperti batu licin yang ada tanah di atasnya kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu ditinggalkannya bersih licin (tidak bertanah lagi). Demikianlah juga halnya orang kafir dan riak itu, mereka tidak akan mendapat sesuatu pahala pun daripada apa yang mereka usahakan. Dan ingatlah Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (Al-Baqarah-264)
Kelima: Sedekah yang diberikan secara sembunyi lebih afdal, ibarat tangan kanan yang memberi, tangan kiri tidak mengetahuinya. Perbuatan ini dekat kepada keikhlasan dan jauh daripada riak kerana sifat ini boleh merosakkan amalan sedekah. Tiada gunanya bersedekah jika mahu mendapat pujian dan dikatakan pemurah kerana dengan keikhlasan sahajalah ganjaran pahala diperoleh.
“Jika menampakkan sedekah kamu, ini sangat baik, tetapi jika kamu merahsiakannya, dan memberikan orang fakir, maka itu lebih baik bagi kamu dan akan melepaskan kamu daripada kejahatan kamu; Allah menyedari apa yang kamu buat” (Al Baqarah – 271).
Keenam: Sedekah tidak mengurangkan harta, sebaliknya menambah harta dan menjauhkan kefakiran, kekurangan dan kesempitan. Allah akan gantikan dengan yang lebih baik.
“Katakanlah wahai Muhammad sesungguhnya Tuhan-Ku memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya antara hamba-Nya dan Ia juga yang menyempitkan baginya, dan apa saja yang kamu dermakan maka Allah akan menggantikannya dan Dia sebaik-baik pemberi rezeki” (Saba’ – 39).
Ketujuh: Sedekah membersihkan harta dan menyucikan diri kita.
“Ambil sedekah daripada harta mereka untuk membersihkan dan menyucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa engkau itu menjadi ketenangan hati mereka. Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” (At Taubah-103).
Ayat itu menjawab dua soalan pokok, iaitu apa yang harus disedekahkan dan mengapa umat harus bersedekah. Sedekah adalah untuk membersih dan menyucikan (jiwa) dan disedekahkan daripada harta atau benda yang dimiliki.
Walaupun pemikiran kebanyakan umat Islam masih menghubungkaitkan sedekah dengan kebendaan, renungkan sepotong ayat Allah (yang juga ajaran Rasul yang wajib) berbunyi: “…tentang sedekah dan orang yang tidak mendapati sesuatu melainkan tenaganya (usaha mereka)” (At Taubah - 79)
Sebenarnya sedekah bukan saja berbentuk kebendaan. Bagi yang tidak mampu atau tiada harta, Allah menghendaki mereka menyumbangkan usaha dan doa.
Usaha termasuk menjadi sukarelawan, daya upaya, idea dan ikhtiar, kegiatan, perbuatan untuk mencapai, melaksanakan dan menyempurnakan sesuatu usaha yang disumbangkan dan memanfaatkan mereka yang layak menerima sedekah. Walaupun hanya sekadar doa dan senyuman. ‘Senyum itu adalah sedekah’ (maksud hadis).